Rabu, 05 November 2014

Kawan



Maaf.
Mungkin hanya kata itu yang mampu aku katakan kepadamu. Saat aku menulis ini, aku teringat mata cokelatmu yang dengan pandangan kosong menatap dalam kepadaku. Aku teringat senyum getir yang kau goreskan ke dalam wajahmu. Kau seperti ingin memuntahkan semua kesedihan dan kecewamu. Maafkan aku jika aku tak bisa menjadi power ranger yang kamu inginkan, karena aku hanya gadis biasa yang penuh dengan dosa.
Dengarlah kawan, sungguh aku tidak bermaksud membuatmu kecewa atau bahkan sedih. Bukan suatu kebanggaan bagiku, jika aku telah mematahkan hati seseorang. Aku hanya takut, hubungan pertemanan kita selama hampir 3 tahun ini hancur hanya karena sesuatu yang disebut cinta. Aku takut kau tak sudi menggodaku, tidak memfitnahku kalau aku suka ngupil di kelas. Tapi, bagaimana bisa aku mencintai kamu sedangkan masih ada bayang-bayang masa lalu yang selalu mengikutiku?
Sungguh, aku sangat menyayangimu. Menyayangimu sebagaimana aku menyayangi teman-temanku. Sebenarnya apa tujuanmu untuk memintaku menjadi sosok yang special dalam hidupmu? Suatu pesan singkat yang dikirim setiap saat? Kata-kata romantis dan panggilan sayang? Atau untuk pengingat makan dan sholat? Apakah kita tidak sadar bahwa semua itu bisa juga kita dapat dengan hanya menjadi sepasang sahabat. Kita masih bisa menjadi sepasang sahabat yang serasi, bahkan kita mampu mengalahkan pasangan-pasangan kekasih diluar sana yang kata banyak orang jauh lebih serasi. Tenanglah, kita masih bisa mendoakan satu sama lain. Aku harap kata “tidak” dariku tidak menjadi alasan untuk “tidak” lagi berteman denganku. Aku juga berharap jangan sampai tertanam sebuah jarak di antara kita. Masih banyak hal yang belum kita capai. Fokuslah kepada masa depanmu dan kejar cita-citamu selagi kamu memantaskan diri. Jika suatu hari nanti bukan aku, pasti ada yang jauh lebih baik.
Mungkin banyak orang menganggapku aneh bahkan gila, bagaimana bisa aku mengacuhkan cinta dari pria yang menjadi dambaan dari banyak kaum hawa karena ketampanan yang kau punya? Justru ini yang disebut cinta tak pernah memandang fisik seseorang, dan fisik bukan prioritas utama bagiku.  Aku yakin kita sudah cukup dewasa untuk menyikapi ini semua. Semoga semua dapat kembali seperti sedia kala, saat semua belum seperti ini. Kawan.


Jember, 14 Oktober 2014

Hedys

Tidak ada komentar:

Posting Komentar