Maaf.
Mungkin hanya kata itu yang mampu aku katakan kepadamu. Saat
aku menulis ini, aku teringat mata cokelatmu yang dengan pandangan kosong
menatap dalam kepadaku. Aku teringat senyum getir yang kau goreskan ke dalam
wajahmu. Kau seperti ingin memuntahkan semua kesedihan dan kecewamu. Maafkan
aku jika aku tak bisa menjadi power ranger yang kamu inginkan, karena aku hanya
gadis biasa yang penuh dengan dosa.
Dengarlah kawan, sungguh aku tidak bermaksud membuatmu
kecewa atau bahkan sedih. Bukan suatu kebanggaan bagiku, jika aku telah
mematahkan hati seseorang. Aku hanya takut, hubungan pertemanan kita selama
hampir 3 tahun ini hancur hanya karena sesuatu yang disebut cinta. Aku takut
kau tak sudi menggodaku, tidak memfitnahku kalau aku suka ngupil di kelas.
Tapi, bagaimana bisa aku mencintai kamu sedangkan masih ada bayang-bayang masa
lalu yang selalu mengikutiku?
Sungguh, aku sangat menyayangimu. Menyayangimu
sebagaimana aku menyayangi teman-temanku. Sebenarnya apa tujuanmu untuk
memintaku menjadi sosok yang special dalam hidupmu? Suatu pesan singkat yang
dikirim setiap saat? Kata-kata romantis dan panggilan sayang? Atau untuk
pengingat makan dan sholat? Apakah kita tidak sadar bahwa semua itu bisa juga
kita dapat dengan hanya menjadi sepasang sahabat. Kita masih bisa menjadi
sepasang sahabat yang serasi, bahkan kita mampu mengalahkan pasangan-pasangan
kekasih diluar sana yang kata banyak orang jauh lebih serasi. Tenanglah, kita
masih bisa mendoakan satu sama lain. Aku harap kata “tidak” dariku tidak menjadi
alasan untuk “tidak” lagi berteman denganku. Aku juga berharap jangan sampai
tertanam sebuah jarak di antara kita. Masih banyak hal yang belum kita capai.
Fokuslah kepada masa depanmu dan kejar cita-citamu selagi kamu memantaskan
diri. Jika suatu hari nanti bukan aku, pasti ada yang jauh lebih baik.
Mungkin banyak orang menganggapku aneh bahkan gila,
bagaimana bisa aku mengacuhkan cinta dari pria yang menjadi dambaan dari banyak
kaum hawa karena ketampanan yang kau punya? Justru ini yang disebut cinta tak
pernah memandang fisik seseorang, dan fisik bukan prioritas utama bagiku. Aku yakin kita sudah cukup dewasa untuk
menyikapi ini semua. Semoga semua dapat kembali seperti sedia kala, saat semua
belum seperti ini. Kawan.
Jember, 14 Oktober 2014
Hedys
Tidak ada komentar:
Posting Komentar