Rabu, 06 Januari 2016

Anak Rantau

Assalamualaikum..
Sore ini lagi iseng buka blog yang isi pos terakhirnya tahun 2014, untungnya aku nggak nemu sarang laba-laba sih. Aku langsung bersyukur jadi nggak perlu bersih-bersih (Apasih). Sebenernya besok mau ada UAS sih, tapi berhubung aku nggak ngeprint slide jadi mau nggak mau ya belajar di laptop kesayangan. Ya gini ini nih kalau belajar di laptop, mau buka ppt eh malah kesasar buka blog dan youtube.

Oke, hari ini aku mau cerita tentang kehidupanku yang sekarang udah jadi anak rantau. Bahasanya santai aja deh, nggak usah kayak pos sebelumnya yang sok puitis, sok hitz, dan alay max. Rasanya antara nyesel nggak nyesel sih milih buat kuliah di luar kota, nyesel karena ternyata merantau tidak seindah yang aku bayangkan. Sedikit bocoran kalau aku seminggu pertama merantau tiap abis sholat ashar nangis dan itu berlangsung tiap hari, bawaannya kangen rumah max. Padahal dulu ibukku pernah bilang kalo nanti di Malang aku nggak boleh nangis, terus dengan pede aku bilang "Ya enggaklah, nangisin apa" karena aku mikirnya aku merantau di kota kelahiranku yang aku 15 tahun tinggal disini tapi sekarang aku merasakan bagaimana susahnya menjadi anak kost. Mbayangin kalau di rumah mau makan ya tinggal ambil di meja makan, kalau di kos di atas meja ya helmnya anak-anak. Emang aku disuruh makan helm-_-
Mungkin ini wajar sih untuk anak rantau baru, wajarlah kalau mereka nangis, banyak kok yang nangis kayak aku. Walaupun nggak nangis pasti pernah walaupun cuma sekali BAPER kalau inget rumah.

Well, diantara ketidakenakan dan kesusahan jadi anak kost tapi dibalik itu semua banyak banget hikmahnya. Mungkin aku adalah salah satu orang pilihan Allah yang diberi kesempatan untuk belajar mandiri, belajar untuk bisa hidup sederhana. Harus bisa jadi wanita yang kuat, biar suatu hari nanti aku bisa mindah kampus ke gumuk sebelah rumah *loh.
Awalnya sempet ragu, aku bisa nggak ya bertahan 4 tahun ditambah 9 bulan kuliah profesi disini, tapi aku mikir masuk sini itu nggak gampang. Kursi yang aku dudukin ini direbutin banyak orang, berarti kalau Allah saja memberi kesempatan aku duduk disini, kenapa aku harus mundur?

Jadi, untuk kalian kalian anak rantau yang masih sedih karena harus jauh dari orang tua, kalian harus bersyukur. Allah memberi kesempatan kepada kalian karena kalian mampu. Ingat kalian adalah manusia istimewa yang diberi kesempatan untuk belajar mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Allah mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
Wassalamualaikum.

Malang, 6 Januari 2016
Yang selalu merindukan rumah(?)


Hedys

Tidak ada komentar:

Posting Komentar